Saturday

Soal UKOM Perawat (Tahap Perkembangan, Diagnosa Jiwa, Fase Komunikasi, Cairan, Diagnosa Utama, Pengkajian Px) Part 151

Soal UKOM Perawat (Tahap Perkembangan, Diagnosa Jiwa, Fase Komunikasi, Cairan, Diagnosa Utama, Pengkajian Px) Part 151


Dibawah ini adalah contoh latihan Soal UKOM Keperawatan D3 & Ners Bagian Edisi Ke 151 dan Kunci Jawaban Disertai Pembahasannya lengkap


Soal UKOM Perawat (Tahan Perkembangan, Diagnosa Jiwa, Fase Komunikasi, Cairan, Diagnosa Utama, Pengkajian Px) Part 151
Soal UKOM Perawat (Tahan Perkembangan, Diagnosa Jiwa, Fase Komunikasi, Cairan, Diagnosa Utama, Pengkajian Px)

Halo teman-teman sahabat ukom-ners.blogspot.com semanya. Berikut ini kami siapkan latihan soal-soal Uji Kompetensi Keperawatan yang disertai kunci jawaban dan pembahasannya. semangat belajar disini yaa.


1. Seorang anak usia 13 bulan dibawa ibunya ke klinik tumbuh kembang untuk menilai perkembangan anaknya, Ibu mengeluh anaknya belum bisa berjalan dan berat badan anaknya kurang. Perawat melakukan pengkajian tumbuh kembang dengan menggunakan format DDST II dan didapatkan hasil bahwa anak gagal saat di test dengan hasil keterangan Garis usia anak berada atau memotong pada 50% balok tugas perkembangan dari kemampuan berjalannya

Apa kesimpulan dari hasil pemeriksaan tahapan perkembangan anak tersebut?

a. Normal
b. Caution
c. Delayed
d. Advance
e. No Opportunity

Jawaban : a. Normal
Pembahasan :
lead in : kesimpulan dari hasil pemeriksaan
data fokus : usia anak 13 bulan, hasil anak gagal saat tet dengan hasil garis usia anak berada atau memotong pada 50% balok tugas perkembangan
Rasional :
0. No = no oportunity
1. Advance
  • Apabila anak dapat melaksanakan tugas pada item di sebelah kanan garis umur
2. Normal
  • Apabila anak gagal/menolak tugas pada item di sebelah kanan garis umur
  • Apabila anak lulus, gagal/menolak tugas di mana garis umur berada diantara 25-75% (warna putih)
3. Caustion
  • Apabila anak gagal/menolak tugas pada item di mana garis umur berada di antara 75%-90% (warna hijau)
4. Delay
  • Apabila anak gagal/menolak tugas pada item yang berada di sebelah kiri garis umur
5. No oportunity
  • Anak mengalami hambatan
  • Anak tidak ada kesempatan untuk melakukan ujicoba
  • Orang tua melaporkan anak mengalami hambatan



2. Seorang laki - laki 21 tahun dibawa ke IGD  keluarganya karena mengamuk membanting barang - barang dirumah. Baju pasien tampak sobek - sobek, rambut acak - acakan. Hasil pengkajian pasien mengatakan " saya mendapat wahyu dari sang maha kuasa, untuk di sebarkan pada kalian. Keluarga mengatakan kejadian ini terjadi setelah gagal nikah.

Manakah masalah keperawatan pada kasus diatas?

A. Waham siar
B. Isolasi sosial
C. Waham agama
D. Perilaku kekerasan
E. Defisit perawatan diri

Jawaban : C. Waham agama
Pembahasan :
Li : maskep kasus
df ; saya mendpat whyu dari sanh maha kuasa, untk d sebarkan pd kalian
eliminir : abde
Ba : C. waham agama
rasional : karena psien mngtakan mndpt whyu dr sang mha kuasa



3. Seorang laki - laki berusia 36 tahun, dibawa oleh keluarganya ke RSJ karena mengamuk membanting barang - barang rumah dan sering menyendiri di dalam kamar. Saat dilakukan strategi pendekatan, perawat menanyakan kabarnya hari ini dan keluhan yang di rasakan pada saat ini.

Manakah fase komunikasi yang dilakukan perawat pada kasus diatas?

A. Salam terapeutik
B. Terminasi
C. Orientasi
D. Kontrak
E. Kerja

Jawaban : C. Orientasi
Pembahasan :
Saat pengkajian oleh perawat dengan cara menanyakan kabarnya hari ini dan keluhan yang di rasakan pada saat ini dari data ini masuk dalam fase orientasi

FASE-FASE  HUBUNGAN  TERAPEUTIK  TERHADAP KLIEN
  1. Tahap  Persiapan  (Prainteraksi) Tahap  Persiapan  atau  prainteraksi  sangat  penting  dilakukan  sebelum  berinteraksi  dengan  klien (Christina,  dkk,  2002).  Pada  tahap  ini  perawat  menggali  perasaan  dan  mengidentifikasi  kelebihan dan  kekurangannya.  Pada  tahap  ini  perawat  juga  mencari  informasi  tentang  klien.  Kemudian perawat  merancang  strategi  untuk  pertemuan  pertama  dengan  klien.  Tahap  ini  harus  dilakukan oleh  seorang  perawat  untuk  memahami  dirinya,  mengatasi  kecemasannya,  dan  meyakinkan dirinya  bahwa  dia siap untuk berinteraksi dengan  klien (Suryani, 2005). Tugas perawat pada  tahap ini  antara  lain: a.  Mengeksplorasi  perasaan,  harapan,  dan  kecemasan.  Sebelum  berinteraksi  dengan  klien, perawat  perlu  mengkaji  perasaannya  sendiri  (Stuart,  G.W  dalam  Suryani,  2005).  Perasaan  apa yang  muncul  sehubungan  dengan  interaksi  yang  akan  dilakukan.  Apakah  ada  perasaan  cemas? Apa  yang  dicemaskan?  (Suryani, 2005). b.  Menganalisis  kekuatan  dan  kelemanhan  sendiri.  Kegiatan  ini  sangat  penting  dilakukan  agar perawat  mampu  mengatasi  kelemahannya  secara  maksimal  pada  saat  berinteraksi  dengan  klien. Misalnya  seorang  perawat  mungkin  mempunyai  kekuatan  mampu  memulai  pembicaraan  dan sensitif  terhadap  perasaan  orang  lain,  keadaan  ini  mungkin  bisa  dimanfaatkan  perawat  untuk memudahkannya  dalam  membuka  pembicaraan  dengan  klien  dan  membina  hubungan  saling percaya  (Suryani, 2005). c.  Mengumpulkan  data  tentang  klien.  Kegiatan  ini  juga  sangat  penting  karena  dengan mengetahui  informasi  tentang  klien  perawat  bisa  memahami  klien.  Paling  tidak  perawat  bisa mengetahui identitas klien  yang  bisa  digunakan pada  saat memulai interaksi  (Suryani, 2005). d.  Merencanakan  pertemuan  yang  pertama  dengan  klien.  Perawat  perlu  merencanakan  pertemuan pertama  dengan  klien.  Hal  yang  direncanakan  mencakup  kapan,  dimana,  dan  strategi  apa  yang akan dilakukan untuk pertemuan pertama tersebut  (Suryani, 2005). 
  2. Tahap  Perkenalan Perkenalan  merupakan  kegiatan  yang  dilakukan  saat  pertama  kali  bertemu  atau  kontak  dengan klien  (Christina,  dkk,  2002).  Pada  saat  berkenalan,  perawat  harus  memperkenalkan  dirinya terlebih  dahulu  kepada  klien  (Brammer  dalam  Suryani,  2005).  Dengan  memperkenalkan  dirinya berarti  perawat  telah  bersikap  terbuka  pada  klien  dan  ini  diharapkan  akan  mendorong  klien  untuk membuka  dirinya  (Suryani,  2005).  Tujuan  tahap  ini  adalah  untuk  memvalidasi  keakuratan  data dan  rencana  yang  telah  dibuat  dengan  keadaan  klien  saat  ini,  serta  mengevaluasi  hasil  tindakan yang  lalu (Stuart, G.W  dalam Suryani, 2005). Tugas perawat pada  tahap ini  antara  lain: a.  Membina  rasa  saling  percaya,  menunjukkan  penerimaan,  dan  komunikasi  terbuka.  Hubungan saling  percaya  merupakan  kunci  dari  keberhasilan  hubungan  terapeutik  (Stuart,  G.W  dalam Suryani,  2005),  karena  tanpa  adanya  rasa  saling  percaya  tidak  mungkin  akan  terjadi  keterbukaan antara  kedua  belah  pihak.  Hubungan  yang  dibina  tidak  bersifat  statis,  bisa  berubah  tergantung pada  situasi  dan  kondisi  (Rahmat,  J  dalam  Suryani  2005).  Karena  itu,  untuk  mempertahankan atau  membina  hubungan  saling  percaya  perawat  harus  bersikap  terbuka,  jujur,  ikhlas,  menerima klien apa  adanya, menepati  janji, dan menghargai  klien (Suryani, 2005). b.  Merumuskan  kontrak  pada  klien  (Christina,  dkk,  2002).  Kontrak  ini  sangat  penting  untuk menjamin  kelangsungan  sebuah  interaksi  (Barammer  dalam  Suryani,  2005).  Pada  saat merumuskan  kontrak  perawat  juga  perlu  menjelaskan  atau  mengklarifikasi  peran-peran  perawat dan  klien  agar  tidak  terjadi  kesalah  pahaman  klien  terhadap  kehadiran  perawat.  Disamping  itu juga  untuk  menghindari  adanya  harapan  yang  terlalu  tinggi  dari  klien  terhadap  perawat  karena karena  klien  menganggap  perawat  seperti  dewa  penolong  yang  serba  bisa  dan  serba  tahu  (Gerald, D  dalam  Suryani,  2005).  Perawat  perlu  menekankan  bahwa  perawat  hanya  membantu, sedangkan kekuatan dan  keinginan untuk berubah  ada  pada  diri klien sendiri (Suryani, 2005). c.  Menggali  pikiran  dan  perasaan  serta  mengidentifikasi  masalah  klien.  Pada  tahap  ini  perawat mendorong  klien  untuk  mengekspresikan  perasaannya.  Dengan  memberikan  pertanyaan  terbuka, diharapkan  perawat  dapat  mendorong  klien  untuk  mengekspresikan  pikiran  dan  perasaannya sehingga  dapat mengidentifikasi masalah klien. d.  merumuskan  tujuan  dengan  klien.  Perawat  perlu  merumuskan  tujuan  interaksi  bersama  klien karena  tanpa  keterlibatan  klien  mungkin  tujuan  sulit  dicapai.  Tujuan  ini  dirumuskan  setelah  klien diidentifikasi. Fase  orientasi,  fase  ini  dilaksanakan  pada  awal  setiap  pertemuan  kedua  dan  seterusnya,  tujuan fase  ini  adalah  memvalidasi  keakuratan  data,  rencana  yang  telah  dibuat  dengan  keadaan  klien saat  ini,  dan  mengevaluasi  hasil  tindakan  yang  lalu.  Umumnya  dikaitkan  dengan  hal  yang  telah dilakukan bersama  klien  (Cristina, dkk, 2002). 
  3. Tahap  Kerja Tahap kerja  ini  merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart, G.W dalam  Suryani,  2005).  Pada  tahap  ini  perawat  dan  klien  bekerja  bersama-sama  untuk  mengatasi masalah  yang  dihadapi  klien.  Pada  tahap  kerja  ini  dituntut  kemampuan  perawat  dalam mendorong  klien  mengungkap  perasaan  dan  pikirannya.  Perawat  juga  dituntut  untuk  mempunyai kepekaan  dan  tingkat  analisis  yang  tinggi  terhadap  adanya  perubahan  dalam  respons  verbal maupun nonverbal klien. Pada  tahap  ini  perawat  perlu  melakukan  active  listening  karena  tugas  perawat  pada  tahap  kerja ini  bertujuan  untuk  menyelesaikan  masalah  klien.  Melalui  active  listening,  perawat  membantu klien  untuk  mendefinisikan  masalah  yang  dihadapi,  bagaimana  cara  mengatasi  masalahnya,  dan mengevaluasi cara  atau alternatif pemecahan masalah  yang  telah dipilih. Perawat  juga  diharapkan  mampu  menyimpulkan  percakapannya  dengan  klien.  Tehnik menyimpulkan  ini  merupakan  usaha  untuk  memadukan  dan  menegaskan  hal-hal  penting  dalam percakapan,  dan  membantu  perawat-klien  memiliki  pikiran  dan  ide  yang  sama  (Murray,  B  & Judth  dalam  Suryani,  2005).  Tujuan  tehnik  menyimpulkan  adalah  membantu  klien  menggali  halhal dan tema emosional  yang  penting  (Fontaine  &  Fletcner dalam Suryani,  2005) 
  4. Tahap  Terminasi Terminasi  merupakan  akhir  dari  pertemuan  perawat  dengan  klien  (Christina,  dkk,  2002).  Tahap ini  dibagi dua  yaitu terminasi  sementara  dan terminasi akhir (Stuart, G.W  dalam Suryani, 2005). Terminasi  sementara  adalah  akhir  dari  tiap  pertemuan  perawat-klien,  setelah  terminasi sementara, perawat akan  bertemu kembali  dengan  klien pada  waktu  yang  telah ditentukan. Terminasi  akhir  terjadi  jika  perawat  telah  menyelesaikan  proses  keperawatan  secara keseluruhan. Tugas perawat pada  tahap ini  antara  lain: a.  Mengevaluasi  pencapaian  tujuan  dari  interaksi  yang  telah  dilaksanakan.  Evaluasi  ini  juga disebut  evaluasi  objektif.  Dalam  mengevaluasi,  perawat  tidak  boleh  terkesan  menguji kemampuan klien, akan tetapi sebaiknya  terkesan  sekedar mengulang  atau  menyimpulkan. b.  Melakukan  evaluasi  subjektif.  Evaluasi  subjektif  dilakukan  dengan  menanyakan  perasaan klien  setelah  berinteraksi  dengan  perawat.  Perawat  perlu  mengetahui  bagaimana  perasaan  klien setelah  berinteraksi  dengan  perawat.  Apakah  klien  merasa  bahwa  interaksi  itu  dapat  menurunkan kecemasannya?  Apakah  klien  merasa  bahwa  interaksi  itu  ada  gunanya?  Atau  apakah  interaksi  itu justru menimbulkan  masalah baru bagiklien. c.  Menyepakati  tindak  lanjut  terhadap  interaksi  yang  telah  dilakukan.  Tindakan  ini  juga  disebut sebagai  pekerjaan  rumah  untuk  klien.  Tindak  lanjut  yang  diberikan  harus  relevan  dengan interaksi  yang  akan  dilakukan  berikutnya.  Misalnya  pada  akhir  interaksi  klien  sudah  memahami tentang  beberapa  alternative  mengatasi  marah.  Maka  untuk  tindak  lanjut  perawat  mungkin  bisa meminta  klien untuk mencoba  salah satu dari alternative  tersebut. d.  Membuat  kontrak  untuk  pertemuan  berikutnya.  Kontrak  ini  penting  dibuat  agar  terdapat kesepakatan  antara  perawat  dan  klien  untuk  pertemuan  berikutnya.  Kontrak  yang  dibuat termasuk tempat, waktu,  dan tujuan interaksi. Stuart  G.W.  (1998)  dalam  Suryani  (2005),  menyatakan  bahwa  proses  terminasi  perawat-klien merupakan  aspek  penting  dalam  asuhan  keperawatan,  sehingga  jika  hal  tersebut  tidak  dilakukan dengan  baik  oleh  perawat,  maka  regresi  dan  kecemasan  dapat  terjadi  lagi  pada  klien.  Timbulnya respon  tersebut  sangat  dipengaruhi  oleh  kemampuan  perawat  untuk  terbuka,  empati  dan responsif terhadap kebutuhan klien pada  pelaksanaan tahap sebelumnya.



4. Perempuan 38 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan diare 8x. cair tanpa ampas. Hasil pengkajian didapatkan merasa haus ingin minum. membran mukosa kering. suhu akral agak dingin, mata cekung, crt > 2 detik. TD = 90/60 mmHg. Frekuensi nadi 108 /menit. Suhu 36 derajat celsius BB 65 kg

Berapakah kebutuhan cairan pasien sesuai asus tersebut

a. 3000 ml
b. 4000 ml
c. 5000 ml
d. 6000 ml
e. 7000 ml

Jawaban : D. 6000 ml
Pembahasan :
Rehidrasi= (%dehidrasi) x BB x 1000cc
Mintenance= 40 cc/kgBB/24jam

Rehidrasi: 6%x60x1000=3600
Mintanance=40x60=2400

3600+2400=6000
Jawabannya: D

Cara pemberian cairan menurut Guillot:
8 jam I = 1/2R + 1/2M
16 jam II = 1/2R + 1/2M



5. Seorang bayi perempuan, usia 1 bulan dibawa orang tuanya ke RS dengan keluhan demam tinggi, mengalami kejang dengan mulut bayi mencucu seperti mulut ikan. Saat pengkajian didapatkan data : suhu 38,5 derajat celsius, terdapat opistotonus, kejang muncul bila terkena rangsang cahaya dan suara, bayi menangis dan gelisah, susah untuk menyusu.

Pertanyaan Soal
Apa masalah keperawatan utama yang muncul pada kasus di atas?...

Jawaban Soal
A.Nyeri
B.Hipertermi
C.Risiko cidera
D.Kekurangan volume cairan
E.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Jawaban : B.Hipertermi
Pembahasan :
Perhatikan data yang ada yaitu : keluhan demam tinggi, mengalami kejang, Saat pengkajian didapatkan data : suhu 38,5 derajat celsius, terdapat opistotonus, kejang muncul bila terkena rangsang cahaya dan suara, bayi menangis dan gelisah, susah untuk menyusu. Hal tersebut merpakan Do Ds pada diagnosa keperawatan Hipertermi



6. Seorang anak perempuan berusia 1,5 tahun dibawa ibunya ke IGD dengan keluhan : berak encer >3 kali, muntah, demam, rewel, tidak nafsu makan. Hasil pemeriksaan fisik : keadaan umum lemah, mukosa bibir kering, ubun ubun besar cekung, mata cekung, suhu 380C, nadi 120 x/mnt, nafas 30 x/mnt.

Pertanyaan Soal
Apa data lain yang perlu dikaji untuk menilai kekurangan cairan /status hidrasi ?..

Jawaban Soal
A.Pengeluaran urine
B.Capilary reffil time
C.Turgor kulit abdomen
D.Hasil pemeriksaan HB
E.Status tingkat kesadaran

Jawaban : C.Turgor kulit abdomen
Pembahasan :
untuk CRT jg mrpkn indicator hidrasi tapi lbh pada sirkulasi jika kita kembali ke soal trkait intake output brupa berak muntah maka turgor kulit yg tepat yaitu urgor kulit abdomen anak.






Demikianlah artikel singkat kami ini yang berjudul Soal UKOM Perawat (Tahap Perkembangan, Diagnosa Jiwa, Fase Komunikasi, Cairan, Diagnosa Utama, Pengkajian Px) Part 151. Semoga apa yang telah kami sajikan dan berikan tersebut diatas dapat bermanfaat bagi teman-teman semuanya. Jangan lupa pelajari semua Part Soal-soal Kami dari 1-151 ini yaa dan kami doakan agar teman-teman dapat lulus UKOM smeuanya, aamiin. Sampai jumpa lagi teman-teman.

Anda sekarang membaca artikel Soal UKOM Perawat (Tahap Perkembangan, Diagnosa Jiwa, Fase Komunikasi, Cairan, Diagnosa Utama, Pengkajian Px) Part 151 dengan alamat link https://ukom-ners.blogspot.com/2019/03/soal-ukom-perawat-tahan-perkembangan-diagnosa-jiwa-fase-komunikasi-cairan-pengkajian-part-151.html

Note : Soal UKOM Perawat (Tahap Perkembangan, Diagnosa Jiwa, Fase Komunikasi, Cairan, Diagnosa Utama, Pengkajian Px) Part 151 Tulisan dari blog ini bersumber dari beberapa website dan materi soal-soal lainnya. Dilarang melakukan Kopi Paste tanpa izin dari kami ataupun pemilik website sumber aslinya. Tulisan ini dibawah perlindungan DMCA Pro 2019 DMCA.com Protection Status

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon