Halo teman-teman sahabat ukom-ners.blogspot.com semanya. Berikut ini kami siapkan latihan soal-soal Uji Kompetensi Keperawatan yang disertai kunci jawaban dan pembahasannya. semangat belajar disini yaa.
1. Seorang anak usia 13 bulan dibawa ibunya ke klinik tumbuh kembang untuk menilai perkembangan anaknya, Ibu mengeluh anaknya belum bisa berjalan dan berat badan anaknya kurang. Perawat melakukan pengkajian tumbuh kembang dengan menggunakan format DDST II dan didapatkan hasil bahwa anak gagal saat di test dengan hasil keterangan Garis usia anak berada atau memotong pada 50% balok tugas perkembangan dari kemampuan berjalannya
Apa kesimpulan dari hasil pemeriksaan tahapan perkembangan anak tersebut?
a. Normal
b. Caution
c. Delayed
d. Advance
e. No Opportunity
Jawaban : a. Normal Pembahasan :
lead in : kesimpulan dari hasil pemeriksaan
data fokus : usia anak 13 bulan, hasil anak gagal saat tet dengan hasil garis usia anak berada atau memotong pada 50% balok tugas perkembangan Rasional : 0. No = no oportunity 1. Advance
Apabila anak dapat melaksanakan tugas pada item di sebelah kanan garis umur
2. Normal
Apabila anak gagal/menolak tugas pada item di sebelah kanan garis umur
Apabila anak lulus, gagal/menolak tugas di mana garis umur berada diantara 25-75% (warna putih)
3. Caustion
Apabila anak gagal/menolak tugas pada item di mana garis umur berada di antara 75%-90% (warna hijau)
4. Delay
Apabila anak gagal/menolak tugas pada item yang berada di sebelah kiri garis umur
5. No oportunity
Anak mengalami hambatan
Anak tidak ada kesempatan untuk melakukan ujicoba
Orang tua melaporkan anak mengalami hambatan
2. Seorang laki - laki 21 tahun dibawa ke IGD keluarganya karena mengamuk membanting barang - barang dirumah. Baju pasien tampak sobek - sobek, rambut acak - acakan. Hasil pengkajian pasien mengatakan " saya mendapat wahyu dari sang maha kuasa, untuk di sebarkan pada kalian. Keluarga mengatakan kejadian ini terjadi setelah gagal nikah.
Manakah masalah keperawatan pada kasus diatas?
A. Waham siar
B. Isolasi sosial
C. Waham agama
D. Perilaku kekerasan
E. Defisit perawatan diri
Jawaban : C. Waham agama Pembahasan :
Li : maskep kasus
df ; saya mendpat whyu dari sanh maha kuasa, untk d sebarkan pd kalian
eliminir : abde
Ba : C. waham agama
rasional : karena psien mngtakan mndpt whyu dr sang mha kuasa
3. Seorang laki - laki berusia 36 tahun, dibawa oleh keluarganya ke RSJ karena mengamuk membanting barang - barang rumah dan sering menyendiri di dalam kamar. Saat dilakukan strategi pendekatan, perawat menanyakan kabarnya hari ini dan keluhan yang di rasakan pada saat ini.
Manakah fase komunikasi yang dilakukan perawat pada kasus diatas?
A. Salam terapeutik
B. Terminasi
C. Orientasi
D. Kontrak
E. Kerja
Jawaban : C. Orientasi Pembahasan :
Saat pengkajian oleh perawat dengan cara menanyakan kabarnya hari ini dan keluhan yang di rasakan pada saat ini dari data ini masuk dalam fase orientasi
FASE-FASE HUBUNGAN TERAPEUTIK TERHADAP KLIEN
Tahap Persiapan (Prainteraksi) Tahap Persiapan atau prainteraksi sangat penting dilakukan sebelum berinteraksi dengan klien (Christina, dkk, 2002). Pada tahap ini perawat menggali perasaan dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini perawat juga mencari informasi tentang klien. Kemudian perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahap ini harus dilakukan oleh seorang perawat untuk memahami dirinya, mengatasi kecemasannya, dan meyakinkan dirinya bahwa dia siap untuk berinteraksi dengan klien (Suryani, 2005). Tugas perawat pada tahap ini antara lain: a. Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan. Sebelum berinteraksi dengan klien, perawat perlu mengkaji perasaannya sendiri (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Perasaan apa yang muncul sehubungan dengan interaksi yang akan dilakukan. Apakah ada perasaan cemas? Apa yang dicemaskan? (Suryani, 2005). b. Menganalisis kekuatan dan kelemanhan sendiri. Kegiatan ini sangat penting dilakukan agar perawat mampu mengatasi kelemahannya secara maksimal pada saat berinteraksi dengan klien. Misalnya seorang perawat mungkin mempunyai kekuatan mampu memulai pembicaraan dan sensitif terhadap perasaan orang lain, keadaan ini mungkin bisa dimanfaatkan perawat untuk memudahkannya dalam membuka pembicaraan dengan klien dan membina hubungan saling percaya (Suryani, 2005). c. Mengumpulkan data tentang klien. Kegiatan ini juga sangat penting karena dengan mengetahui informasi tentang klien perawat bisa memahami klien. Paling tidak perawat bisa mengetahui identitas klien yang bisa digunakan pada saat memulai interaksi (Suryani, 2005). d. Merencanakan pertemuan yang pertama dengan klien. Perawat perlu merencanakan pertemuan pertama dengan klien. Hal yang direncanakan mencakup kapan, dimana, dan strategi apa yang akan dilakukan untuk pertemuan pertama tersebut (Suryani, 2005).
Tahap Perkenalan Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu atau kontak dengan klien (Christina, dkk, 2002). Pada saat berkenalan, perawat harus memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada klien (Brammer dalam Suryani, 2005). Dengan memperkenalkan dirinya berarti perawat telah bersikap terbuka pada klien dan ini diharapkan akan mendorong klien untuk membuka dirinya (Suryani, 2005). Tujuan tahap ini adalah untuk memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang lalu (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Tugas perawat pada tahap ini antara lain: a. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan, dan komunikasi terbuka. Hubungan saling percaya merupakan kunci dari keberhasilan hubungan terapeutik (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005), karena tanpa adanya rasa saling percaya tidak mungkin akan terjadi keterbukaan antara kedua belah pihak. Hubungan yang dibina tidak bersifat statis, bisa berubah tergantung pada situasi dan kondisi (Rahmat, J dalam Suryani 2005). Karena itu, untuk mempertahankan atau membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur, ikhlas, menerima klien apa adanya, menepati janji, dan menghargai klien (Suryani, 2005). b. Merumuskan kontrak pada klien (Christina, dkk, 2002). Kontrak ini sangat penting untuk menjamin kelangsungan sebuah interaksi (Barammer dalam Suryani, 2005). Pada saat merumuskan kontrak perawat juga perlu menjelaskan atau mengklarifikasi peran-peran perawat dan klien agar tidak terjadi kesalah pahaman klien terhadap kehadiran perawat. Disamping itu juga untuk menghindari adanya harapan yang terlalu tinggi dari klien terhadap perawat karena karena klien menganggap perawat seperti dewa penolong yang serba bisa dan serba tahu (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Perawat perlu menekankan bahwa perawat hanya membantu, sedangkan kekuatan dan keinginan untuk berubah ada pada diri klien sendiri (Suryani, 2005). c. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien. Pada tahap ini perawat mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya. Dengan memberikan pertanyaan terbuka, diharapkan perawat dapat mendorong klien untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya sehingga dapat mengidentifikasi masalah klien. d. merumuskan tujuan dengan klien. Perawat perlu merumuskan tujuan interaksi bersama klien karena tanpa keterlibatan klien mungkin tujuan sulit dicapai. Tujuan ini dirumuskan setelah klien diidentifikasi. Fase orientasi, fase ini dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya, tujuan fase ini adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini, dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama klien (Cristina, dkk, 2002).
Tahap Kerja Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan perawat dalam mendorong klien mengungkap perasaan dan pikirannya. Perawat juga dituntut untuk mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi terhadap adanya perubahan dalam respons verbal maupun nonverbal klien. Pada tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena tugas perawat pada tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Melalui active listening, perawat membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi, bagaimana cara mengatasi masalahnya, dan mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah yang telah dipilih. Perawat juga diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien. Tehnik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat-klien memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray, B & Judth dalam Suryani, 2005). Tujuan tehnik menyimpulkan adalah membantu klien menggali halhal dan tema emosional yang penting (Fontaine & Fletcner dalam Suryani, 2005)
Tahap Terminasi Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien (Christina, dkk, 2002). Tahap ini dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat-klien, setelah terminasi sementara, perawat akan bertemu kembali dengan klien pada waktu yang telah ditentukan. Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara keseluruhan. Tugas perawat pada tahap ini antara lain: a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini juga disebut evaluasi objektif. Dalam mengevaluasi, perawat tidak boleh terkesan menguji kemampuan klien, akan tetapi sebaiknya terkesan sekedar mengulang atau menyimpulkan. b. Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat. Perawat perlu mengetahui bagaimana perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat. Apakah klien merasa bahwa interaksi itu dapat menurunkan kecemasannya? Apakah klien merasa bahwa interaksi itu ada gunanya? Atau apakah interaksi itu justru menimbulkan masalah baru bagiklien. c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindakan ini juga disebut sebagai pekerjaan rumah untuk klien. Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang akan dilakukan berikutnya. Misalnya pada akhir interaksi klien sudah memahami tentang beberapa alternative mengatasi marah. Maka untuk tindak lanjut perawat mungkin bisa meminta klien untuk mencoba salah satu dari alternative tersebut. d. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya. Kontrak ini penting dibuat agar terdapat kesepakatan antara perawat dan klien untuk pertemuan berikutnya. Kontrak yang dibuat termasuk tempat, waktu, dan tujuan interaksi. Stuart G.W. (1998) dalam Suryani (2005), menyatakan bahwa proses terminasi perawat-klien merupakan aspek penting dalam asuhan keperawatan, sehingga jika hal tersebut tidak dilakukan dengan baik oleh perawat, maka regresi dan kecemasan dapat terjadi lagi pada klien. Timbulnya respon tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan perawat untuk terbuka, empati dan responsif terhadap kebutuhan klien pada pelaksanaan tahap sebelumnya.
4. Perempuan 38 tahun, dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan diare 8x. cair tanpa ampas. Hasil pengkajian didapatkan merasa haus ingin minum. membran mukosa kering. suhu akral agak dingin, mata cekung, crt > 2 detik. TD = 90/60 mmHg. Frekuensi nadi 108 /menit. Suhu 36 derajat celsius BB 65 kg
Berapakah kebutuhan cairan pasien sesuai asus tersebut
a. 3000 ml
b. 4000 ml
c. 5000 ml
d. 6000 ml
e. 7000 ml
Jawaban : D. 6000 ml Pembahasan :
Rehidrasi= (%dehidrasi) x BB x 1000cc
Mintenance= 40 cc/kgBB/24jam
Rehidrasi: 6%x60x1000=3600
Mintanance=40x60=2400
3600+2400=6000
Jawabannya: D
Cara pemberian cairan menurut Guillot:
8 jam I = 1/2R + 1/2M
16 jam II = 1/2R + 1/2M
5. Seorang bayi perempuan, usia 1 bulan dibawa orang tuanya ke RS dengan keluhan demam tinggi, mengalami kejang dengan mulut bayi mencucu seperti mulut ikan. Saat pengkajian didapatkan data : suhu 38,5 derajat celsius, terdapat opistotonus, kejang muncul bila terkena rangsang cahaya dan suara, bayi menangis dan gelisah, susah untuk menyusu.
Pertanyaan Soal
Apa masalah keperawatan utama yang muncul pada kasus di atas?...
Jawaban Soal
A.Nyeri
B.Hipertermi
C.Risiko cidera
D.Kekurangan volume cairan
E.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Jawaban : B.Hipertermi Pembahasan :
Perhatikan data yang ada yaitu : keluhan demam tinggi, mengalami kejang, Saat pengkajian didapatkan data : suhu 38,5 derajat celsius, terdapat opistotonus, kejang muncul bila terkena rangsang cahaya dan suara, bayi menangis dan gelisah, susah untuk menyusu. Hal tersebut merpakan Do Ds pada diagnosa keperawatan Hipertermi
6. Seorang anak perempuan berusia 1,5 tahun dibawa ibunya ke IGD dengan keluhan : berak encer >3 kali, muntah, demam, rewel, tidak nafsu makan. Hasil pemeriksaan fisik : keadaan umum lemah, mukosa bibir kering, ubun ubun besar cekung, mata cekung, suhu 380C, nadi 120 x/mnt, nafas 30 x/mnt.
Pertanyaan Soal
Apa data lain yang perlu dikaji untuk menilai kekurangan cairan /status hidrasi ?..
Jawaban Soal
A.Pengeluaran urine
B.Capilary reffil time
C.Turgor kulit abdomen
D.Hasil pemeriksaan HB
E.Status tingkat kesadaran
Jawaban : C.Turgor kulit abdomen Pembahasan :
untuk CRT jg mrpkn indicator hidrasi tapi lbh pada sirkulasi jika kita kembali ke soal trkait intake output brupa berak muntah maka turgor kulit yg tepat yaitu urgor kulit abdomen anak.
Demikianlah artikel singkat kami ini yang berjudul Soal UKOM Perawat (Tahap Perkembangan, Diagnosa Jiwa, Fase Komunikasi, Cairan, Diagnosa Utama, Pengkajian Px) Part 151. Semoga apa yang telah kami sajikan dan berikan tersebut diatas dapat bermanfaat bagi teman-teman semuanya. Jangan lupa pelajari semua Part Soal-soal Kami dari 1-151 ini yaa dan kami doakan agar teman-teman dapat lulus UKOM smeuanya, aamiin. Sampai jumpa lagi teman-teman.
Anda sekarang membaca artikel Soal UKOM Perawat (Tahap Perkembangan, Diagnosa Jiwa, Fase Komunikasi, Cairan, Diagnosa Utama, Pengkajian Px) Part 151 dengan alamat link https://ukom-ners.blogspot.com/2019/03/soal-ukom-perawat-tahan-perkembangan-diagnosa-jiwa-fase-komunikasi-cairan-pengkajian-part-151.html
Note : Soal UKOM Perawat (Tahap Perkembangan, Diagnosa Jiwa, Fase Komunikasi, Cairan, Diagnosa Utama, Pengkajian Px) Part 151 Tulisan dari blog ini bersumber dari beberapa website dan materi soal-soal lainnya. Dilarang melakukan Kopi Paste tanpa izin dari kami ataupun pemilik website sumber aslinya. Tulisan ini dibawah perlindungan DMCA Pro 2019
EmoticonEmoticon